JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengisyaratkan akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam satu atau dua hari ini. SBY pun masih menunggu kepastian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2013 di DPR.
“Saya sungguh berharap, DPR dan pemerintah dalam satu sampai dua hari ini bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan untuk disetujuinya RAPBN-P menjadi APBN-P yang definitif,” jelas dia, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/6/2013).
Presiden mengatakan, saat ini 80 persen dari Rancangan APBN-P yang diajukan oleh pemerintah telah disepakati DPR. “Saya juga terus berkomunikasi dengan semua menteri-menteri dan Gubernur BI,” terangnya.
“Pada prinsipnya mungkin masih ada yang tersisa satu sampai dua item, satu sampai dua poin, bisa diselesaikan dengan baik. Dengan adanya perkembangan ini, kita bisa lakukan dengan baik,” kata dia.
SBY melanjutkan, kalau ini sudah disahkan, dirinya berharap bisa dijalankan dengan baik, dengan sungguh-sungguh, agar dijalankan dengan saksama. Dia menjelaskan, kenaikan harga BBM adalah salah satu solusi dari penyelamatan perekonomian negara.
“Meskipun saya tahu unsur-unsur pemerintah memberikan penjelasan, saya tahu ada gerakan-gerakan penolakan dari masyarakat, unsur partai politik, yang itu dibenarkan di sebuah negara yang menganut demokrasi. Tetapi, saya memiliki hak dan kewajiban dan harus menjelaskan sekali lagi kenapa keputusan yang tidak populer ini dan keputusan yang pahit ini harus diambil tentang pemotongan subsidi dan kenaikan BBM,” tutur dia.
Presiden melanjutkan, di 2011, sudah ada dorongan untuk menaikkan harga BBM, karena harga minyak mentah di dunia terus meningkat, termasuk di Indonesia.
“Saya katakan waktu itu, ‘Kalau ada cara lain, kita pilih cara lain’. Saya pilih implikasinya. Tetapi kalau itu salah satu cara ekonomi kita memburuk dan membuat ekonomi kita bermasalah di negeri ini, maka keputusan itulah yang saya ambil,” ungkap dia.
“Semua tahu DPR dalam posisi tidak bisa menolak, karena itu kewenangan pemerintah, dan ini jalan terakhir yang terpaksa yang harus kita jalankan untuk perekonomian kita,” tambah dia.
|
Agung Budianto