Dewan pun meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Indramayu menindak tegas ulah sejumlah oknum guru tersebut.
Hal itu seperti yang terjadi di SD Negeri Brondong 1 Kecamatan Pasekan. Uang tabungan yang semestinya dinikmati para siswa, kini tak jelas keberadaannya setelah diduga digelapkan oleh gurunya sendiri.
‘’Disdik harus bertindak tegas terhadap oknum guru yang menggelapkan tabungan siswa SD,’’ tegas Ketua FPKS DPRD Kabupaten Indramayu, Hadi Hartono, kepada Republika, Selasa (25/6).
Menurut Hadi, sangat naif guru yang melakukan tindakan itu. Pasalnya, kesejahteraan mereka sebenarnya sudah memadai, sesuai undang-undang guru dan dosen. Bahkan, APBN dan APBD pun menganggarkan tunjangan dan gaji mereka.
‘’Yang jadi persoalan dalam kasus ini adalah mental para guru,’’ kata Hadi. Dia menambahkan, kasus penggelapan uang semestinya sudah masuk ranah hukum pasal tindak pidana.
Hadi mengungkapkan, secara pribadi, dia menyarankan agar tabungan siswa dikelola secara teknis oleh sekolah dan bekerja sama dengan Bank Jabar ataupun BPR milik pemerintah daerah. Dengan demikian, guru atau sekolah tidak punya kewenangan terhadap tabungan siswa.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Oudang Kusmayadi, belum dapat dikonfirmasi. Berdasarkan informasi, dia sedang melaksanakan umroh ke tanah suci. Sementara Kabid Pendidikan Dasar, Haryono, juga tidak dapat dihubungi. Telefon genggamnya bernada tidak aktif.
Seperti diketahui, puluhan orang tua siswa di SD Negeri Brondong 1 Kecamatan Pasekan melurug kantor kepala sekolah setempat, Senin (24/6).
Hal itu menyusul belum dibagikannya tabungan siswa oleh empat orang guru di sekolah tersebut. Yakni, Ros (wali kelas 1A), Nur (wali kelas 1B), Fat (wali kelas 3B), dan Kur (wali kelas 5B).
Para orang tua siswa itu mengungkapkan, sangat dirugikan dengan adanya kebijakan gemar menabung di sekolah. Pasalnya, saat kebijakan itu dijalankan, uang tabungan milik anak-anak mereka selama satu tahun justru diduga digelapkan oleh wali kelasnya.
‘’Kami cari ke sekolah, (keempat guru itu) tidak ada, dicari ke rumahnya juga tidak ada,’’ keluh salah satu orang tua siswa, Iswahyudi.
Iswahyudi mengungkapkan, uang tabungan tersebut sangat dibutuhkan oleh para orang tua. Dia menjelaskan, uang tersebut akan digunakan orang tua siswa untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka pada awal tahun ajaran mendatang. Seperti membeli seragam, buku pelajaran, maupun kebutuhan sekolah lainnya.
Salah satu orang tua siswa, Anirih, mengaku uang tabungan anaknya seharusnya sekitar Rp 2 juta. Namun, pihak sekolah ternyata hanya membayarkan separuhnya saja.
‘’Uang tabungan itu saya kumpulkan sedikit-sedikit dengan cara nguli (bekerja sebagai kuli), tapi malah seperti ini,’’ tutur Anirih sambil menangis.
Hal senada dialami orang tua siswa lainnya, Karniyah. Dia menjelaskan, uang tabungannya senilai Rp 5,7 juta juga kini tidak jelas keberadaannya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Sekolah SDN Brondong 1, Agus Warsono membenarkan ada sejumlah kelas yang tabungannya masih tersimpan di wali kelas.
Diduga, uang siswa tersebut digunakan oleh wali kelas yang bersangkutan di luar kepentingan sekolah. ‘’Saya sudah minta kepada guru-guru tersebut untuk segera mengembalikan uang tabungan siswa,’’ tegas Agus.
Agus mengungkapkan, pihaknya berupaya menutupi tabungan siswa yang belum dibayarkan dengan cara meminjam uang sekolah dan uang pribadi guru/kepala sekolah.
Namun, dia minta pengertian para orang tua siswa karena baru dapat membayarkan separuh uang tabungan tersebut. ‘’Tahun ajaran depan, saya ambil kebijakan tidak ada lagi kegiatan menabung di sekolah,’’ tandas Agus.
Sumber
|
|
Agung Budianto
+full+movie+Indowebster+.jpg)
